FF // Don't Go - Oneshoot
title : Don’t Go
Cast : Author (pencerita : Maulany)
- Hyunra as You
-Kimzaa as Your Boyfriend’s
- Park Ha Woo ; As Brother’s Hyunra
- Others
Genre : Sad, Romance
***Happy Reading***
Kimzaa POV
Aku duduk disalah satu kursi panjang rumah sakit dengan
Hyunra yang berada di sampingku duduk di kursi rodanya. Jika aku mengingat
tentang Hyunra yang menderita ginjal, rasanya aku ingin menangis dan tak mau
melepas tangannya. Sudah hampir 2 tahun dia di grogoti oleh penyakitnya itu.
Aku bahkan tidak tega melihatnya lemas tak berdaya dan didorong oleh sebuah
kursi roda. Belum lagi dia akan segera di operasi untuk penyembuhannya.
Aku ingat saat kami berada di tengah-tengah pesta salah
seorang teman. Dari hidungnya keluar darah dan tiba-tiba dia memegangi
kepalanya kesakitan sebelum akhirnya dia jatuh pingsan. Dari situlah aku tahu
dia mempunyai sedikit masalah dengan tubuhnya. Aku semakin cemas ketika tahu
bahwa sekarang adalah sudah menderita kombinasi beberapa penyakit itu.
“Hyun, apa hari ini cuacanya sangat bagus menurutmu?”
Tanyaku memecah keheningan.
Aku sengaja mengalihkan pandanganku ke lain arah, tak mau
terlihat cengeng di depannya. Namun aku tak mendengar sepatah katapun keluar
dari mulutnya. Kuputar kepalaku melihat keadaannya. Ku lihat dia hanya
memandang kosong rumput yang ada di depannya. Aku berdiri lalu berjongkok di
depannya. Ku pegang erat tangannya dan membawanya ke atas pahanya. Mata kami
bertemu dan kutemukan sebuah kesedihan di dalamnya.
“Yah, wae geurae (apa yang terjadi) ?” Tanyaku mencari
penjelasan darinya.
“kimzaa, eotteokhae (apa yang harus kulakukan) ? Aku sangat
takut.” Suaranya pelan dan parau. Kulihat matanya berair dan mulai meneteskan
air dari dalamnya.
Rasanya hatiku akan retak melihatnya menangis dan kesakitan
di depanku. Kulihat dia menunduk dan suara tangisannya mulai terdengar oleh
telingaku. Tuhan, tahukah Kau? Ini lebih sakit dari apa yang di deritanya.
Sungguh.
Aku berdiri dan menempatkan jariku di dagunya mengangkat wajah
pucatnya. Kubungkukkan badanku dan mencium kelopak mata dan keningnya
bergantian. Aku kembali berjongkok di hadapannya dan memegang kedua tangannya.
Ku tatap kedua bola matanya dalam.
“Aku yakin, kau bukanlah yeoja (perempuan) yang lemah. Dan
aku juga yakin kau bisa menjalani ini semua dengan sukses. Berjanjilah padaku,
kau harus sembuh dan tidak akan pergi meninggalkanku. Arrasseo (kau mengerti)
?” Aku tersenyum ketika melihatnya menganggukkan kepalanya.
“Nah, ini baru yeojachingu-ku (pacar) yang kuat dan tak
pernah mau menyerah.” Ucapku semabari mengusap air matanya.
“Chagia, (sayang) Fighting !” Ku kepalkan tanganku
menyemangatinya.
“Gomawo (terima kasih)Kimzaa. Ne, (ya) faighting !” Dia
tersenyum dan mengepalkan tangannya. Dia terlihat sangat cantik ketika
tersenyum untukku. Aku mengangguk dan tersenyum juga.
Author POV
Hyunra sudah mulai di bawa memasuki meja operasi. Kimzaa dan
orang tua Hyun menunggu dengan berharap-harap cemas di depan pintu ruang
operasi. Perasaan mereka sedang tidaklah karuan saat ini. Ibu dan Ayah Hyun duduk
di kursi tunggu dengan menelakupkan kedua tangannya dan menutup mata berdo’a
pada Tuhan. Itu adalah yang terbaik. Sedangkan Sungmin menyandarkan tubuhnya
pada tembok dan menggigit kuku-kuku jari tangannya. Jantungnya berdetak cepat
dan nafasnya sedikit sesak. Dia terlihat sangat cemas dan gugup.
Sudah satu jam lebih proses operasi berjalan. Mungkin Kimzaa
sudah terlalu lemah sehingga dia menjatuhkan tubuhnya pada kepala kursi tunggu
rumah sakit dan tertidur. Mata pandanya mulai perlahan tertutup dan kepalanya
tertunduk lemas.
Park ha woo yang baru selesai dari pekerjaannya langsung
menuju rumah sakit dan menemui kedua orang tuanya. Dia tidak sempat pulang ke
rumah terlebih dahulu, sehingga penampilannya masih terlihat agak kacau.
“Ibu,Ayah.” Panggil Park HaWoo sembari mendekat kearah kedua
orang tuanya duduk.
“Park ha. Kau sudah datang rupanya. Kenapa kau tidak datang
bersama istrimu?” Tanya Ibunya saat mereka berdiri hampir bersamaan.
“Dia tidak bisa datang. Dia sedang pergi ke Busan menemui Ayahnya
yang sedang sakit.” Jelas Park Ha sembari tersenyum.
“Ne, gwencanha (tidak apa-apa).” Ucap ayah nya sambil
menepuk punggung Park Ha
“Bagaimana dengan Hyun ?” Tanya Park Ha
“Dia masih di ruang operasi. Sepertinya ini sudah selesai
tapi dia masih belum sadar. Menurut dokter dia harus tinggal sebentar di
dalam.” Jawab Ayah nya yang di sertai anggukan dari Park Ha
“Oh,Kimzaa. Apa dia tertidur? “ Park Ha Woo mengamati Kimzaa
lekat.
“ya, dia sangat kelelahan.” Jawab ibu nya yang juga tak
kalah lemasnya dari Kimzaa.
Seorang dokter keluar dari ruang operasi dan berjalan
mendekat kearah mereka. Dia melepas masker yang menutupi sebagian dari wajahnya
dan menempatkan tangannya di saku celananya.
“Putri tuan dan nyonya masih belum juga sadar, namun kami
sudah member izin dia bisa kembali ke kamar rawatnya.” Ucap dokter tersebut sembari
menyunggingkan senyumnya.
“Ne. Khamsahamnida (terimakasih).” Jawab Ayah mengangguk dan
sedikit membungkukkan badannya.
“Park, bawa Kimzaa masuk ke dalam.” Perintah Ibu pada
putranya itu.
“Ya Ibu.” Jawab Park mengerti.
Kimzaa POV
Aku berdiri jauh dari pemakaman. Kurasa sedikit lagi aku
akan gila ketika ikut dalam rombongan pemakaman. Mereka semua menangis tak rela Hyunra pergi. Hyunra My girlfriend-ku pergi? Aku hanya bisa melihat mereka dari
jauh.
“Hyunra, bagaimana dengan janjimu tak akan pergi
meninggalkanku, uh? Apa kau meninggalkanku sendirian disini? Apa yang bisa
kulakukan tanpamu? Jebal, kajima (kumohon, jangan pergi) ” Gumamku dengan
berderai air mata.
“Kimzaa..”Aku mengenali suaranya. Itu suara Hyunra
“Tuhan, jangan Kau siksa aku dengan suara lembutnya itu.
Semakin kau mengujiku, semakin aku ingin pergi dari dunia ini dan menyusulnya.”
Ucapku lagi masih dengan air mata yang mengalir di pipiku.
“Kimzaa...” Kini suaranya lebih keras dari sebelumnya.
**
Aku terbangun dari tidurku ketika telingaku menangkap suara Hyun samar-samar. Tanpa aba-aba dan perintah aku langsung berdiri dan memandang Hyun
lekat dengan mataku membulat lebar. Aku bingung ketika tahu aku tertidur di
ranjang samping Hyun yang tidak di isi pasien. Ah, ini tidaklah sepenting yang
sedang aku lihat saat ini.Hyun? Benarkah dia Hyun?
“Hyun..” Panggilku mendekat kearahnya.
“Ya Kimzaa..” Jawabnya di balik alat yang menepel di
hidungnya yang mengalirkan oksigen. Banyak alat-alat kedokteran yang aku tidak
tahu apa itu menempel di tubuh lemasnya.
“Hyun,kau Hyunra.?” Ucapku menyentuh tangannya.
“Ne, aku Hyun.” Dia mengguk dan senyumnya kecil mengembang
dari wajahnya
Aku segera menarik kursi dan duduk disamping ranjang Hyunra tergeletak.
Tangisku pun pecah dan kupegang tangannya erat tak mau dia pergi meninggalkanku.
“Kimzaa, kenapa kau menangis?” Tanyanya masih dengan nada
lemasnya.
“Aku sangat bersyukur kau bisa membuka matamu lagi. Aku
bermimpi buruk dan aku sangat bersyukur itu bukanlah hal yang sebenarnya
terjadi.” Ucapku di sela-sela tangisku.
“Uljima,Kimzaa. Nan gwencanha. (berhentilah menangis, aku
baik-baik saja)”
“Aku lebih mengkhawatirkanmu lebih dari aku mengkhawatirkan
diriku sendiri. Apapun itu, aku sangat berterimakasih karna kau mau membuka
matamu dan melihatku lagi.” Kusentuh wajahnya lembut.
Tuhan, aku sangat bersyukur kau telah memberikanku setetes
salju di kekeringanku. Memberiku semilir angin di saat aku merasakan panas. Dan
aku sangat senang ketika aku tahu, bahwa yang pertama dilihatnya saat membuka
matanya adalah aku. Itu membuatku senang dan berusaha untuk terus mengingat
kebaikan-Mu.
THE END